“What if i had a boy? Would you have been able to do that?” – Nawal (Inshallah a Boy, 2023)
Pembukaan Jakarta World Cinema Week akhirnya dilangsungkan Sabtu (11/11) di CGV Grand Indonesia dengan sebuah film dari Yordania yang berjudul Inshallah a Boy.
Film yang ditayangkan pada Cannes Critics Week 2023 dan memperoleh nominasi di kategori tersebut, merupakan film pertama Yordania yang diputar di Festival Film Cannes dan juga merupakan karya perdana dari Sutradara Amjad Al Rasheed.
Menarik melihat film yang mengangkat (lagi) persamaan hak-hak perempuan disaat negara-negara Arab terus menyuarakan persamaan gender perempuan dengan pria. Iran sudah memulainya tahun lalu, dengan perlawanan terhadap polisi moralitas yang kerap kali membungkam kaum hawa.
Rasanya sangat tepat melihat Inshallah a Boy jadi film pembuka JWCW 2023 dengan segala kekritisannya terhadap apa yang dialami kaum perempuan di negara-negara Arab.
Terlebih lagi film ini juga ditulis Amjad Al Rasheed bersama dua penulis perempuan, Rula Nasser dan Delphine Agut. Apakah film ini bisa berbicara banyak dan bisa diterima oleh penonton? Kita baca ulasannya di bawah ini.
Sinopsis
Nawal (Mouna Hawa), dikejutkan oleh suaminya yang meninggal tiba-tiba. Hidupnya seketika berubah drastis di luar kendalinya.
Dari suaminya, ia mempunyai anak perempuan, Nora (Celina Rabab’a), dan peninggalan dari suaminya hanyalah apartemen yang ia tempati dan truk pickup yang biasa digunakan suaminya untuk bekerja.
Nawal sehari-hari bekerja sebagai pengasuh lansia di sebuah keluarga Kristen yang tergolong konservatif.
Meninggalnya sang suami membuat ia memulai konflik dengan keluarga mendiang suaminya. Kakak iparnya, Rifqi (Hitham Omari) meminta utang pickup dibayar atau mobilnya akan ia jual untuk membayar utang.
Selain itu, Rifqi juga mempertanyakan sertifikat apartemen yang ternyata proses jual belinya tidak menyertakan bukti tertulis. Yang makin mempersulitnya adalah anak tunggalnya yang juga perempuan dan bukan laki-laki, di mana membuat posisi Nawal makin lemah dan rentan diserang kakak iparnya tersebut.


Narasinya kuat dengan subplot tambahan sebagai antitesis setara
Narasi tunggal Al Rasheed yang menjadi kajian film ini lantas diperkaya dengan subplot baru yang hadir dengan sangat kontras. Inshallah a Boy secara eksplisit juga menggunakan cara yang digunakan Sutradara Iran, Asghar Farhadi dalam A Separation (2011) lewat pembanding yang setara.
Di Inshallah a Boy, subplot ini menghadirkan Nawal bekerja dengan keluarga Kristen yang konservatif yang menganut paham matriarki. Sehari-hari Nawal mengurus Colette (Siranoush Sultanian), yang menderita demensia, dan di rumah itu juga ada putrinya Souad (Salwa Nakkara) dan cucunya yang bebas bergaul, Lauren (Yumna Marwan).
Sifat berlawanan diperlihatkan Nawal dan Lauren, terlebih soal cara pandang mereka tentang anak dan menjadi ibu. Satu hal yang membuat penonton tersenyum adalah saat mereka membahas soal dosa, yang ternyata sangat abu-abu sekali dan tipis perbedaannya antara benar dan salah.
Selain keluarga Colette, Nawal pun juga didekati fisioterapis Colette, Hassan (Eslam Al-Awadi) yang jatuh hati padanya sejak bekerja bersama di keluarga itu 4 tahun silam. Dan rasa romansa ini makin intens sejak sepeninggal suami Nawal, yang juga memberikan narasi tambahan film hingga ke akhir cerita.


Kesimpulan
Sebagaimana telah disebut di atas, kesetaraan gender menjadi tema substansial film ini. Makin menjadinya liberalisasi gender di Arab Saudi juga memicu hadirnya banyak film dengan konteks serupa.
Inshallah a Boy menjadi contoh yang baik bagaimana perlawanan dari seorang perempuan melawan hegemoni kaum patriarki yang menghalalkan segala cara agar bisa memperoleh apa yang mereka inginkan.
Secara naratif, Inshallah a Boy mampu menghadirkan ketegangan yang konsisten dan memberikan cukup ruang bagi semua karakternya untuk berkembang secara alami.
Terlebih untuk Mouna Hawa yang aktingnya sangat baik sebagai Nawal di film yang memperoleh banyak penghargaan di banyak negara ini.
Karakter sekundernya pun mempunyai peran penting bagi perjalanan panjang Nawal memperoleh anak (walaupun ia sendiri dari awal film terlihat amat skeptis dengan hal itu), terlebih lagi agar perjuangannya tak sia-sia melawan setiap serangan represif kakak iparnya.
Seperti judulnya, harapan Nawal untuk mendapatkan anak laki-laki bukanlah sebuah keniscayaan belaka, melainkan berkah dari sebuah kesabaran dari Allah yang ia nantikan. Insyallah…
Director: Amjad Al Rasheed
Cast: Mouna Hawa, Celina Rabab’a, Hitham Omari, Siranoush Sultanian, Salwa Nakkara, Yumna Marwan, Eslam Al-Awadi
Duration: 113 Minutes
Score: 7.4/10